ForADokSi-BIP Goes to Campus

Pada bulan agustus 2008, ForADokSi-BIP diundang oleh Senat Mahasiswa Fakultas Psikologi Universitas Indonesia untuk memberikan inspirasi kepada ratusan mahasiswa baru F.PSI UI mengenai peran psikologi dalam menghadapi permasalahan bangsa. Pembicara dari ForADokSi-BIP adalah ibu HJ. Dewi Juniarti, Psikolog dan Ibu Arbania Fitriani, S.Psi, M.Si bersama dengan ketua BEM Universitas Indonesia yang kebetulan juga adalah mahasiswa psikologi.

Ibu Dewi membuka seminar dengan menyampaikan akar permasalahan bangsa saat ini dan bagaimana penting ilmu psikologi sebagai ilmu yang memahami tentang manusia dalam memajukan pendidikan. Tidak hanya psikolog yang bertanggung jawab terhadap masalah pendidikan, tapi juga dokter yang mengerti tentang peran penting aspek fisik atau ragawi dalam proses pencerapan pendidikan oleh anak didik. Pengajar juga memiliki peran paling fundamental dalam proses pendidikan itu sendiri. Dengan kesadaran inilah ForADokSi-BIP dibentuk sebagai upaya dalam memberikan solusi terhadap permasalahan yang melanda bangsa Indonesia. Ibu Dewi juga menyampaikan permasalahan yang sedang terjadi dalam dunia pendidikan Indonesia seperti orientasi pendidikan yang hanya menekankan otak kiri dan melupakan otak kanan yang justru merupakan faktor paling besar dalam menentukan kesuksesan seseorang dalam hidup, media yang tidak mendidik, dan adanya indoktrinasi keyakinan beragama yang disertai pemisahan pada pelajaran agama. Seharusnya anak-anak diberikan sejarah agama sehingga tidak menjadi terkota-kotak karena pengkotak-kotakan ini akan sangat mengganggu anak dalam proses pertumbuhan jati dirinya. Oleh karena itu, ibu dewi menyampaikan solusi mengenai rencana pembangunan sekolah interfaith yang pertama di Indonesia.Selanjutnya Ibu Arbania melengkapi penjelasan ibu dewi dengan memberikan statement bahwa semua permasalahan ini bisa terjadi karena orang-orang baik diam. Padahal, dalam ktab suci jelas dikatakan bahwa barang siapa yang melihat kezaliman dan dia diam, maka dia adalah bagian dari kezaliman itu. sayangnya, mahasiswa saat ini sudah mulai apatis dan tidak peduli dengan lingkungan sekitarnya.

Acara ditutup dengan menyanyikan lagu-lagu kebangsaan bersama grup musik dari Yayasan Anand Ashram. Semua peserta terlihat antusias dalam mengikuti seminar yang diharapkan dapat menginspirasi pada generasi muda untuk dapat mengaplikasikan ilmunya bagi masyarakat luar tidak hanya untuk dirinya sendiri.